Lintasan – Jakarta. Kristanto Yoga Darmawan sempaikam bahwa Ruang digital di era sekarang adalah suatu keniscayaan manakala kita tidak ikut didalamnya. Kenapa? Karena hampir separuh manusia di bumi bahkan lebih, memanfaatkan teknologi dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya setiap hari. Aktifitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan (objek) dapat dimudahkan dengan bantuan _artificial intelligence_ yang terus beradptasi demi memenuhi _demand_. Antusiasme terhadap perkembangan teknologi dan informasi juga memicu terus digelontorkannya produk-produk terbaru yang bertujuan untuk “mencukupi dan mengakomodir” kebutuhan penggunanya.
Didalam pesatnya teknologi digital, berkembang juga media sosial yang memiliki peran beragam. Media sosial yang pada awalnya tersedia sebagai sarana layanan untuk saling berkomunikasi kemudian bertransformasi menjadi laboratorium sosial. Fungsinya beragam, mulai dari media informasi, edukasi, sosialisasi, bisnis, kepentingan politik, untuk labeling, penggalangan solidaritas, penghakiman sosial, membangun jejaring serta masih banyak lagi.
Media sosial bisa mempengaruhi pola hidup manusia atau masyarakat, tergantung dari pemanfaatannya. Begitu masive dampaknya! Karena banyak yang menyatakan bahwa maju atau tidaknya suatu peradaban dilihat dari perkembangan teknologi informasinya. Padahal, faktor kunci dari peradaban adalah manusia itu sendiri.
Media sosial di era _post truth_ juga memiliki dampak negatif. Yakni untuk mempengaruhi persepsi dan interpretasi publik. Banyak kebenaran dikalahkan oleh pembenaran. Berbagai hal dapat dikemas dalam kebohongan atau dikemas sedemikian rupa untuk kemudian diviralkan terus menerus sampai yg membuatpun merasa itu sebagai suatu kebenaran. Dalam pemanfaatannya kemudian kerap diinterpretasikan sebagai media propaganda, yang bisa diterjemahkan sebagai alat untuk mempengaruhi opini, diharapkan dapat mempengaruhi pendapat dan tindakan masyarakat atau sekelompok orang, tergantung dari objek yang dituju.
Propaganda melalui media sosial, kemudian disebut dengan istilah viralisasi suatu metode yang digunakan untuk menyebarkan pesan secara luas dan cepat. Masalahnya adalah, ketika informasi yang biasanya dalam bentuk visual disertai narasi yang dikemas dengan gaya “kekinian” untuk kemudian diviralkan tersebut belum tentu sahih, belum teruji kebenarannya maka dampak yang ditimbulkan akan bersifat desktruktif.
Uniknya lagi, Warga net (netizen) sekarang ini lebih ramai, lebih panas suasana dan komunikasinya tatkala hanyut dalam berbagai narasi atau provokasi media sosial. Buzer bermunculan bahkan menjadi pasukan bayaran untuk saling serang dan menjatuhkan. Konflik antar buzer ini menjadi arena baru yang dengan komen2 kata2 kasar bahkan ucapan2 yang tidak selayaknya di sampaikanpun bisa dilontarkan. Para “bohir” menggunakan sumber dayanya untuk saling menyerang dan bertahan dengan menggunakan buzer sebagai pion2nya, sekali lagi demi kepentingan individu maupun sekelompok orang. Ada yang terstruktur, ada juga yang seadanya. Namun yang jelas tujuannya sama yaitu untuk menciptakan opini yang bisa menggiring para penikmat media sosial untuk memahami atau bahkan mengamini maksud dan tujuannya.
Disisi yang lain, Fungsionalisasi media sosial yang begitu luas tentu akan berdampak pada perilaku netizen dg peradaban barunya. Berbagai informasi komunikasi dapat di jembatani secara cepat dan mampu menembus batas ruang serta waktu, tentunya asalkan semua dilakukan dalam koridor etika dan norma sosial yang berlaku umum.
Oleh karenanya, Intelejen media akan menjadi bagian penting untuk menata atau menjaga keteraturan sosial pada warga net. Prinsip kinerja intelejen mulai dari pengumpulan data, analisa, produk dan networking ini dapat dilakukan dengan memberdayakan media sosial sebagai bagian dari laboratorium sosial.
Dari prinsip kerjanya, yaitu melakukan pemetaan, pembuatan pola dan pengumpulan data maka akan dapat dihubung-hubungkan untuk kemudian dianalisa guna menghasilkan algoritma berupa info grafis, info statistik, maupun info virtual lainnya. Algoritma tadi dapat digunakan sebagai model untuk memprediksi, mengantisipasi dan memberi solusi. Intelijen media akan membantu menjembatani untuk terus berkembangnya fungsi media sosial secara positif dan mencerdaskan para warga net untuk tidak hanyut dalam berita-berita hoax.
Selain itu juga dapat berperan untuk penegakkan hukum kepada warga net yg dengan sengaja memperkeruh atau mengganggu keteraturan sosial.Akhirnya : _it’s all about choices_ . Mari kita cerdas, gunakan hati nurani dan akal sehat dalam ber-digitalisasi.
Salam !
KYD June 2023
[Lintasan/dony]
Leave a Reply