Foto : Seorang nelayan menggunakan jaring mencari udang dengan cara menyungkur di tepian pantai Padang, Toboali, Kabupaten Bangka Selatan. (Ian)
* Dul : Kami Cuma Ingin Bertahan Hidup
BANGKASELATAN,LB – Bukan harta berlimpah diharapkan seorang nelayan asal Kampung Padang, Kelurahan Toboali, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Abullah Samad dalam menekuni profesinya sebagai nelayan udang sungkur. Sebaliknya laut yang bersih serta hasil tangkapan udang yang memadai tentunya sudah cukup baginya.
Ptofesi yang dilakoni pria yang biasa disapa dengan sebutan nama Mang Dul ini kesehariannya yakni sebagai nelayan pencari udang dengan cara menyungkur di pinggiran tepi pantai Padang, Toboali. Dulu pria berusia hampir kepala delapan ini, tentunya merasa sangat bangga jika setiap ia melaut (mencari udang) selalu mendapatkan 5 kilo gram (kg) udang.
Foto : Mang Dul. (Ian)
Namun sayangnya hasil tangkapan seperti itu tak lagi bisa diperolehnya lantaran kini kondisi air laut kini keruh hingga hasil tangkapannya pun (udang) terkadang tak lebih 3 ekor udang.
“Dulu Alhamdulillah masih dapat udang sampai 5 kilo (kg — red) kalau tiap melaut. Tapi sekarang jangankan 1 kilo udang pun yang didapat kini cuma 3 ekor,” ungkap Mang Dul saat ditemui di kediamannya baru-baru ini di lingkungan Kampung Padang, Toboali.
Foto : Sejumlah perahu nelayan ditambatkan di pinggiran pantai Padang, Toboali. (Ian)
Kondisi tersebut menurut Mang Dul tak lain lantaran sejak keberadaan aktifitas penambangan biji timah yang menggunakan sarana kapal isap produksi (KiP) di perairan Toboali hingga saat ini membuat sebagian masyarakat pesisir Toboali khususnya para nelayan pun mengeluh.
Pria yang kini berusia hampir kepala delapan ini pun mengaku selama ia menekuni profesi sebagai nelayan sejak usia 22 tahun dan kini profesi sebagai pencari udang sungkur ini pun baru kali ini mendapatkan tangkapan udang tak lebih dari 3 ekor.
“Belum pernah sejarahnya seperti sekarang. Dulu pendapatan kami setiap melaut atau sehari Rp 100 ribu. Tapi sekarang malah kami kebingungan atau susah mencari udang kondisi air laut tak lagi bersahabat dengan kami para nelayan,” ungkapnya.
Saat ini di perairan Toboali sedikitnya ada unit KIP diduganya telah beroperasi di kawasan laut setempat. Kondisi tersebut diakuinya sangatlah mengganggu tak saja bagi para nelayan udang namun nelayan lainnya.
“Kami cuma ingin bertahan hidup. Tapi bagaimana mungkin dengan kondisi laut seperti itu (keruh — red) sebab aktifitas dua unit kapal isap itu cukup dekat dengan pantai,” keluhnya.
Keberadaan dua unit KIP di perairan Toboali tak saja dikeluhkan oleh Mang Dul, namun keluhan serupa pun sempat pula disampaikan oleh warga kampung Nelayan lainnya, Nati (60).
Foto : Nanti (60), warga Kampung Nelayan, Toboali. (Ian)
Bahkan menurut tokoh masyarakat Padang ini, sejak keberadaan sejumlah KIP ini justru dianggapnya sangat menggangu aktifitas nelayan lingkungannya.
“Jangankan nyungkur (mencari udang — red) mukat (menjaring ikan – red) pun dak bisa lagi,” ungkap Nati saat ditemui di kawasan pantai Padang Toboali, Minggu (9/8/2020) siang.
Foto : Lantaran menolak keberadaan KIP di perairan Toboali, sejumlah nelayan menggunakan kapal kayu mendatangi KIP diduga sedang beroperasi di perairan setempat. Aksi ini sebagai bentuk protes sebagian nelayan Toboali. (Ian)
Nati pun tak menampik jika ratusan masyarakat pesisir termasuk para nelayan dari berbagai kampung di Toboali siang itu sengaja berkumpul di pantai Padang, hal itu tak lain menurutnya sebagai bentuk sikap masyarakat pesisir khususnya para nelayan menolak keberadaan KIP saat ini beroperasi di perairan Toboali.
“Jelas menggangu adanya kapal isap itu. Nah kalau gak menggangu kenapa kita mesti usil. Jadi jelas kapal isap itu mengganggu nelayan kami,” ungkapnya.
Foto : Ketua DPRD Basel, Erwin Asmadi. (ist)
Sementara itu, keberadaan sejumlah KIP di perairan Toboali Basel saat ini memang telah terjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat Pesisir.
“Masalah kapal isap ini di perairan Toboali memang telah terjadi pro dan kontra,” kata ketua DPRD Basel, Erwin Asmadi politisi asal PDIP saat dihubungi melalui nomor ponselnya, Minggu (9/8/2020).
Menurutnya khususnya masyarakat yang pro justru hanya memikirkan sisi keuntungan sepihak, sebaliknya bagi masyarakat nelayan yang kontra tak lain lantaran merasa aktifitas mereka tergganggu lantaran keberadaan sejumlah KIP di perairan Toboali dan sekitarnya.
Meski demikian, Erwin mengaku jika dirinya saat ini terkait persoalan KIP yang kini menuai protes sebagian masyarakat nelayan Tohoali ia tetap berada pada posisi tanpa berpihak.
“Dalam masalah ini saya pikir relatif sulit dan saya pada posisi di tengah-tengah saja karena kami bukan pembuat kebijakan. Namun segala sesuatu aspirasi masyarakat nelayan tetap kami tampung termasuk kepentingan para pengusaha pun tetap kami perhatikan,” ungkapnya.
Terpisah, Andrian selaku pihak yang disebut-sebut sebagai koordinator kapal isap produksi (KIP) di perairan Toboali, Kecamatan Toboali, Kabupaten Babgka Selatan (Basel) tak menampik pula jika saat ini sejumlah masyarakat Pesisir khususnya masyarakat nelayan Toboali dan sekitarnya saat ini protes terkait aktifitas dua unit KIP di perairan setempat.
Namun ia sendiri mengaku sangat menyayangkan jika baru-baru ini sekelompok warga atau nelayan mendatangi KIP di perairan Toboali.
Menurutnya, kejadian aksi demo sejumlah warga tersebut sama sekali tak diduganya, meski begitu pria yang biasa disapa dengan nama panggilan Rian ini justru sangat berharap agar masyarakat nelayan Toboali tidak terpancing dengan isu-isu yang dapat memecah belahkan antar kelompok nelayan.
Padahal sebelumnya giat sosialisasi terkait rencana operasi sejumlah KIP di perairan Toboali menurutnya sempat dilakukan oleh pihaknya termasuk PT Timah.
“Sebelumnya sudah dilakukan sosialisasi terkait rencana kegiatan kapal isap di Toboali itu. Bahkan lebih dari satu kali kita melakukan giat sosialiasi termasuk baru-baru ini pun di suatu kampung di Toboali kita lakukan sosialisasi,” terang Rian, Selasa (11/8/2020) di Pangkalpinang.
Sebaliknya, ia sangat berharap dalam kegiatan sejumlah KIP di perairan Toboali dapat diterima oleh masyarakat khususnya nelayan Toboali.
“Sebenarnya keberadaan KIP di perairan Toboali ini kita berharap dapat memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya masyarakat nelayan,” harapnya.
Dalam kesempatan itu, Rian mengatakan jika masyarkat menerima keberadaan KIP di perairan Toboali maka dalam waktu dekat ini rencananya akan hadir 5 unit lagi KIP.
“Jika tidak ada halangan Insya Allah dalam waktu dekat ini rencananya bakal hadir 5 unit lagi kapal isap produksi di perairan Toboali,” harapnya lagi.
Bahkan guna menampung aspirasi masyarakat nelayan di Toboali sebelumnya sempat dibentuk suatu wadah yang disebut Forum Behoah. (Ian)
Leave a Reply