PANGKALAN BARU – Puluhan perempuan hebat di Kabupaten Bangka Tengah, diajak Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Babel untuk menggelorakan perdamaian dalam kegiatan workshop bertema “Perempuan Top Viralkan Perdamaian” di aula Kecamatan Pangkalan Baru, Bangka Tengah, Kamis (19/5).
Direktur Pencegahan BNPT, R. Ahmad Nurwakhid melalui Kasubdit Kerja Sama Asia Pasifik dan Afrika Kolonel Sus Harianto, S.Pd.,M.Pd., yang membuka kegiatan, mengatakan radikalisme dan terorisme menjadi salah satu tantangan besar bagi keamanan masyarakat dan kedaulatan bangsa ini.
Merujuk pada hasil survei yang dilakukan oleh BNPT tahun 2019 menyatakan bahwa faktor yang paling efektif dalam mereduksi potensi eadikalisme secara berturut turut adalah diseminasi sosial media, internalisasi kearifan lokal, perilaku kontra radikal dan pola pendidikan keluarga pada anak.
“Perempuan memiliki posisi sangat vital dalam keluarga bahkan dalam masyarakat secara lebih luas. Perempuan memiliki peran strategis dalam membentengi keluarga dan masyarakat dari segala bentuk penyebaran dan ajakan kelompok radikal terorisme. Seorang Ibu bisa menjadi partner dialog anaknya. Sebagai seorang istri, perempuan bisa menjadi partner diskusi suaminya dalam berbagai hal, sebagai contoh dalam pemahaman ajaran agama. Perempuan diharapkan bisa menjadi filter awal dari setiap kejanggalan yang ditemukan dalam keluarga masing – masing,” ujarnya.
Keluarga katanya, merupakan pendidikan yang pertama dan utama di dalam keluarga. Anak mulai dikenalkan dan diajarkan dengan berbagai hal yang ada di sekelilingnya, dengan keluarganya, teman – temannya, barang – barang yang ada bahkan diajarkan tentang berbagai nilai sosial, budaya dan agama yang mereka anut.
“Dalam hal ini, tugas mendidik anak dalam lingkungan keluarga merupakan tugas resiprokal orang tua, tapi posisi perempuan, yakni sebagai ibu secara emosional lebih memiliki kedekatan terhadap anak. Karena itulah, kunci penanaman karakter dan jati diri anak banyak bertumpu pada peran perempuan,” tuturnya.
Ditambahkannya, perempuan dalam peran seperti ini sebenarnya menjadi salah satu benteng dari pengaruh paham dan ideologi radikal yang saat ini juga mulai menyasar pada anak usia dini. Maka diperlukan upaya penanaman nilai kebangsaan, wawasan keagamaan dan kearifan lokal dalam keluarga menjadi sangat efektif sebagai filter dalam menangkal penyebaran radikalisme terorisme.
“Perempuan harus selalu mawas diri agar tidak terperangkap masuk ke dalam jaringan pelaku ataupun menjadi korban atas aksi terorisme,” ingatnya kepada audien para pengurus Ormas Perempuan se Kabupaten Bangka Tengah.
Proses penanggulangan terorisme diakuinya tidak bisa dilaksanakan hanya oleh aparatur keamanan semata. Apakah itu kepolisian, TNI, dan BNPT sebagai lembaga negara yang mendapat mandat untuk menjalankan program ini. Namun, dibutuhkan sinergi yang kuat antara aparatur keamanan dengan masyarakat tanpa terkecuali, karena bahaya terorisme menyasar tanpa memandang pangkat, jabatan, status sosial, suku, ras dan agama tertentu.
“Oleh karena itu, kami mendorong simpul-simpul organisasi perempuan yang hadir pada kegiatan ini untuk mampu menjadi agen perdamaian, mengorganisir massa dan menumbuhkan kesadaran untuk bersama-sama melawan segala bentuk paham dan propaganda kelompok radikal terorisme setidaknya untuk lingkungan keluarga dan organisasinya masing – masing,” pungkasnya.
Ketua FKPT Babel, Sri Wahyuni SE, menambahkan, perempuan adalah aset sebuah bangsa yang berperan dari masa ke masa dan mendukung perubahan global.
“Kita tahu perempuan selalu dilibatkan dalam segala lini dan aspek, sehingga pantas lah jika dikatakan baik buruknya suatu negara tergantung perempuannya,” cetusnya.
Karena itulah perempuan diharapkan menjadi agen perdamaian. Perempuan diharapkan jadi solusi dengan membentengi keluarga dari ancaman radikalisme dan terorisme.
“Mari kita jaga kondisi seperti ini, hidup damai berdampingan,” ajaknya. (Adm)
Leave a Reply